Artikel

Sepersen Nikmatmu Yaa Hasbii Rabbi

Loading

Ahhh… Pagi ini ku memulai hari, sehangat mentari pagi, memacu diri untuk terus memperbaiki diri. Setelah hujan membasahi bumi dalam beberapa waktu lalu, kini kehangatan itu kembali menampakan diri, menyelimuti pagi agar tak ada yang berdiam diri mengikuti kata hati untuk tetap duduk di atas kursi. Meski sekedar lari pagi, namun itu lebih berarti dari sekedar menikmati pagi dengan secangkir kopi. But, I’m very like coffee.

Seberkas cahaya menyusup melalui jendela kamarku, memberikan kesan menggoda untuk tetap di dalam selimut hangatku. Betapa nikmat Tuhan yang mana lagi yang akan kau dustakan? Begitulah penggalan dari ayat suci-Nya bergaung di alam pikiranku. Pagi bersama sang Raja Siang dengan balutan udara sejuk sisa hujan kemarin.

Astaghfirullah..

Aku teringat dengan ilmu yang ku dengar kemarin, muslimah keren itu bukan hanya keren fisiknya, tetapi keren karena hatinya, citanya, dan cintanya kepada Rabb-Nya. Ahh, apa yang aku lakukan dengan berbaring tak berfaedah ini? Rasanya tak akan bisa menjadikanku seperti muslimah keren.

Aku bangkit menyelesaikan tugas rumah yang seminggu ini tak tersentuh karena tersibukkan jadwal kuliah yang cukup padat. Dengan semangat pagi yang membara, aku langkahkan kaki dengan bismillah, semoga allah menuntunku untuk semangat menghargai 24 jam yang aku punya.

Jam sudah menunjukkan pukul 8.30 dan aku telah menyelesaikan pekerjaanku. Teringat sesuatu. Betapa dzalimnya aku terhadap diriku sendiri, hingga badanku tak dapat perhatianku meski hanya untuk lari pagi seminggu sekali. Terlalu diporsir hingga melupakan hak tubuh yang harus ku penuhi. Aku bergegas melangkah ke lapangan belakang rumah bersama hangatnya mentari Minggu pagi ini. Perlahan tapi pasti. Mulailah ku ayunkan kaki setengah berlari sambil menikmati angin di pagi hari yang sejuk tenangkan hati. Hembusan angin menemani seiring hentakkan kaki ini. Membawa alam pikiran ini menerawang dan merenungi, betapa indahnya nikmat ini.

فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)

 

Hingga tiada kata yang pantas terucap selain syukur yang tak terkira. Limpahan nikmat yang masih bisa aku rasakan bahkan tanpa mengeluarkan sepeser pun dari harta yang Allah berikan. Subhanallah, wal hamdulillah.

Betapa sayangnya Allah kepadaku, kepada kita semua, hingga kita lupa pada-nya pun, Allah masih berikan semua yang kita butuhkan. Kita berdosa pun, Allah masih setia menegur kita dengan cara-Nya. Allah masih tutupi aib kita, Allah lancarkan urusan kita, Allah jamin rezeki kita, Allah bukakan jalan untuk kita, Allah anugerahkan pedoman hidup kepada kita, wujud limpahan kasih sayangnya. Padahal baru sepersen nikmat yang Allah berikan untuk makhluk-Nya di dunia. Tidakkah kita malu? Tidakkah kita tergiur dengan nikmat akhirat yang begitu besarnya? Sepersen nikmat Allah ini saja sudah mampu melalaikan kita, bagaimana dengan 99% nikmat

Allah lainnya di akhirat kelak?  Betapa Allah rindu hamba-nya yang menantikan perjumpaan dengan-nya. Allah rindukan kita kembali kepada-nya, mendekatkan diri pada-nya. Janji Allah SWT,

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ  لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7)

Lalu, bagaimana cara bersyukur? Ku temukan satu hadist yang mewakili bagaimana caranya bersyukur. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.”

Hadits ini Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri (no. 6490); Muslim (no. 2963 (9)), dan ini lafazhnya; At-Tirmidzi (no. 2513); Dan Ibnu Majah (no. 4142).

Kini, siapkan diri mengawali hari yang baru. Dengan syukur yang tak pernah lepas dalam qalbu dan lisanmu. Dengan diri yang tak pernah lelah memperbaiki diri menjadi pribadi yang disebut dalam Surah Al-Kahfi, pemuda yang beriman dan senantiasa berteguh hati dalam jalan Allahu Rabbi.

 

Dhiya Fauzia’s author of article.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Mohon nonaktifkan Adblock Anda!