Artikel

Revitalisasi Karakter Pemimpin

Loading

Syam, 14 abad silam. Expansi Islam sudah meluas di dataran Arabia. Umar ibn al-Khatthab ialah pucuk pimpinan tertinggi, masa itu dikenal dengan sebutan Khalifah.

Satu ketika, Umar berjalan menyisir pinggiran kota Madinah. Melihat kondisi rakyat yang menjadi naungannya, mungkin pada saat ini kita kenal dengan istilah blusukan, mata Umar tertuju pada sebuah tenda yang dihuni oleh keluarga kecil tanpa seorang bapak. Anak-anak menangis sembari menanti sang ibu yang sibuk diperapian. Umar pun datang menghampiri, seraya bertanya, ” ada apa dengan anak-anakmu, mengapa mereka semua menangis? ” sang ibu pun menjawab ” Binasalah Umar,  dia pemimpin kami, tapi dia tak memperhatikan kami sehingga kami semua disini kelaparan. ” Mendengar pernyataan itu,  Umar tertunduk dan menangis, hingga air mata membasuhi janggut panjangnya. Umar pun lalu bertanya kembali ” lalu apa yang kau masak ini ? “. Sang ibu pun menjawab, ” aku sengaja memasak batu ini, sungguh ini kulakukan agar anak-anak terhibur sejenak, setelah mereka lelah dari menangis kuharap mereka bisa tertidur agar derita kelaparan ini hilang oleh tidur”. Mendengar kembali jawaban ini pun Umar kembali menangis sejadi-jadinya, dan meninggalkan sang Ibu beserta anaknya. Umar tak berhenti sampai disitu, umar kembali ke baitul mal yang saat itu berfungsi sebagai penghimpun semua harta dan sedakah dari kalangan orang-orang mampu, Umar mengambil sekarung berisikan gandum lalu dibawa dengan pundaknya untuk diberikan kepada Sang ibu yang ia sudah temui.

Minggu ini, mungkin jadi minggu yang bersejarah. Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Ibu kota sudah resmi ditekan oleh Presiden beserta Menteri terkait. Sekelumit problematika Ibu kota tentu harus diselesaikan, kemiskinan, kesenjangan sosial, bahkan trending topik media saat ini menyoroti tentang reklamasi teluk di Jakarta.

Nas Suci sebagai Pedoman

Dialektika antara Tuhan dengan roh sucinya terkait penentuan pemimpin dimuka bumi perlu disoroti.  Roh suci atau malaikat memberikan tanggapannya kepada Tuhan terkait penciptaan dan penentuan pemimpin di bumi, mereka memberikan argumentasi bahwa nanti (manusia) jika diberikan amanah sebagai penguasa di bumi akan senantiasa memberikan kehancuran, tidak bisa merawat atau melestarikan. Menurut data dari Dewan Keamanan Dunia dibawah naungan PBB, jumlah korban perang akibat perang dunia ke 2 mencapat jutaan orang. Perang tersebut tersebar diseluruh wilayah dunia, Asia,  Eropa,  bahkan di Amerika, kerugian finansial atau bahkan infrastruktur mungkin sangat besar kala itu bagi negara yang mengalami kekalahan.

Para malaikat pun menyambung argumennya bahwa kelak (manusia) akan saling menumpahkan darah. Genosida yang terjadi di Myanmar dalam waktu dekat ini menjadi contohnya, manusia saling menumpahkan darah. Laporan CNN mengatakan genosida yang dilakukan oleh milter Myanmar dalam tiga hari membunuh sekitar 480 ribu jiwa, mungkin jika ditotal sejak tahun 2014, data yang terbunuh bisa mencapai satu juta jiwa atau bahkan lebih dari itu.

Tuhan tetap menggunakan kehendak absolutnya karena memang telah mengetahui apa yang akan terjadi, dan dengan kehendaknya Tuhan mementukan Manusia sebagai perwakilannya untuk menjaga bumi ini.

Kehendak Tuhan yang maha Kuasa Allah swt, ialah menjadikan Adam beserta keturunannya sebagai perwakilannya memimpin semua orang yang ada di bumi. Pesan apa yang di berikan Allah kepada Adam untuk memimpin manusia di bumi? Hanya satu yaitu agar manusia senantiasa tunduk dalam beribadah kepada Allah.

Karakteristik Pemimpin

Kisah pada alinea diatas menggambarkan tentang karakter pemimpin seharusnya, setidaknya ada 3 hal yang harus menjadi titik tekan.

1. Amanah

Sifat yang wajid dimiliki oleh seorang pemimpin. Rasulullah saw bersabda: tiada seorang yang diamanati oleh allah memimpin rakyat orang-orang muslim kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan baginya surga. Lihat Fathul barri.

2. Tanggung Jawab

Umar melakukan blusukan bukan sekedar blusukan, tapi beliau melihat apa yang sedang dialami rakyatnya. Jika melihat kelparan dan kemiskinan maka bukti kongkrit memusnahkan problem tersebut dengan menyantuninya. Pada era saat ini kebanyakan para pemimpin hanha melakukan blusukan untuk simpatisan belaka, setelah blusukan apa bukti kongkrit yang bisa diejawantahkan?

3. Kecerdasan

Kecerdasan mencakup banyak aspek IQ, EQ, & SQ. Jika semua berkesinambungan maka tentu pemimpin ideal akan kita dapati, hubungan antara sesama dan hubungan dengan Tuhan akan menciptakan skema kehidupan yang bermoral.

Dari ketiga karakteristik di atas tak serta merta didapatkan dengan instan. Untuk merevetitalisasi bentuk kepemimpinan yang ideal, tentu melewati proses yang panjang. Proses tersebut harus dimulai sejak dini. Sekolah-sekolah menjadi rumah produksi untuk menciptakan watak manusia ideal ini. Singkronisasi kurikulum harus diperhatikan, Gontor menerapkan sistem 100% saintifik dan 100% ilmu agama, banyak pondok pesantren yang meniru protipe serupa. Lembaga pendidikan menjadi tempat awal mengukir sejarah satu peradaban.

 “Pemimpin itu Sedikit tahu tentang banyak hal dan ahli/pakar itu banyak tahu tentang sedikit hal” (KH. Ahmad Dimyati) 

 

Andhika Rama&’s author of article.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Mohon nonaktifkan Adblock Anda!