ArtikelBlog

Islam Nusantara antara Pertemuan Agama dan Budaya

Loading

Berbicara tentang Islam Nusantara, terlebih dahulu kita harus mengenal maksud dari kalimatnya. Yaitu, kata “Nusantara” yang dipadukan dengan kata “Islam” tidak hanya sebatas menegaskan nama, namun juga karakter agar menunjukkan warna atau corak dari sebuah wujud yang beraneka ragam. Keberagaman sebagai salah satu dari tipologi Islam Nusantara adalah sebuah hasil dari perseteruan panjang antara agama dan budaya; antara konteks dengan teks yang saling melengkapi satu sama lain sehingga menghasilkan Islam yang ramah, fleksibel dan inklusif.

Hal pertama yang harus kita ketahui dalam memahami Islam Nusantara adalah meyakini bahwa adanya suatu dimensi yang menghubungkan satu sama lain antara keagamaan dan budaya. Dimensi ini merupakan suatu cara Islam untuk bernegosiasi dengan batas wilayah yang memiliki akar budaya tertentu. Hal ini menjadikan Islam sepenuh-penuhnya tidak lagi menunjukan diri secara tertutup dan kaku, namun juga menghargai keberlainan. Dengan begitu, dapat menjadikan islam lebih mengakomodir nilai-nilai yang sudah terkandung di dalam suatu wilayah tertentu. Dan juga, Islam adalah suatu agama yang bersifat universal, yang mana Islam tidak pernah memandang kebangsaan, wilayah, status sosial maupun ras.

Dalam Islam Nusantara, budaya adalah salah satu bagian dari agama, karena Islam dapat diterima oleh masyarakat Indonesia awal mulanya ialah melalui prantara alkuturasi budaya, sehingga agama Islam sangat mudah diterima. Agama Islam pun dalam pandangan masyarakat Indonesia terkesan sangat merakyat, hal ini adalah buah hasil dari dakwah melalui budaya. Namun dalam proses Islam Nusantara, pembauran Islam dengan budaya tidak boleh terjadi, karena dengan berbaur mengakibatkan hilangnya sifat-sifat asli, karena Islam harus tetap pada sifat islamnya.

Kita dapat menyadarinya, bahwa penyesuaian ajaran Islam dengan kenyataan hidup hanya dipernolehkan dan bisa dilakukan selama menyangkut sisi budaya. Karena Islam mempunyai prinsip-prinsip keras dalam prihal hukum, maka adat tidak bisa merubah nash itu secara mutlak, melainkan hanya sebatas mengubah atau mengembangkan pengaplikasiannya saja.

Islam dan budaya mempunyai wilayahnya tersendiri, akan tetapi pada saat berhubungan secara tumpang tindih. Ajaran Islam merupakan sebuah aturan “dari langit”, islam sudah tentu bukan termasuk dari kebudayaan, karena Islam bukan ciptaan tangan manusia. Demikian pula kebudayaan yang merupakan ciptaan dan ranah kehidupan manusia. Sudah tentu kebudayaan bukanlah sebuah agama dan tidak bisa ditempatkan sebagai agama.

Namun, masing-masing dari agama dan budaya ini tidak menutup kemungkinan bagi perwujudan kehidupan beragama dalam bentuk budaya. Artinya, agama sebagai aturan normative sudah tentu bukan budaya. Tetapi pengamalan dan pelaksanaannya, atau dalam artian penerapan aturan ke dalam realitas, tentu membutuhkan kebudayaaan. Mengapa? karena penerapan aturan agama ke dalam realitas itu sendiri merupakan proses kebudayaan, sebab agama telah berhubungan dengan realitas kehidupan.

Dari penjabaran diatas dapat kita pahami bahwa Islam Nusantara adalah hubungan islam dengan kebudayaan yang ada di Nusantara. Karena Islam merupakan agama yang bersifat universal, Islam menyadari dan juga menghargai identitas budaya yang terjaga dalam kesenian, adat, tradisi, dan gaya arsitektur tempat ibadah masyarakat Nusantara. Islam akhirnya memperwujudkan ajarannya melalui “bentuk-bentuk kultural” Nusantara. Dengan penerapan cara ini, islam pada akhirnya dapat menciptakan identitas kultural tertentu.

 

Author Sofyan Saury

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Lainnya
Close
Back to top button

Adblock Detected

Mohon nonaktifkan Adblock Anda!